Jamban, suatu tempat yang biasanya memiliki konotasi akan suatu hal yang kotor. Bahkan jamban juga bisa menjadi kata ejekan. Misalnya "Raimu kok koyo jamban". Nah, ejekan seperti ini berarti si objek memiliki wajah yang kotor atau saja belum mencuci mukanya.
Namun terkadang di balik konotasi kotor tersebut, dari dalam jamban kita dapat memperoleh beberapa manfaat. Seperti kata pepatah "don't judge the book by it cover" yang memiliki arti "Jon tibo gedebug dadi klenger". Oh salah. Yang benar jangan menilai suatu buku dari sampulnya. Dengan kata lain jangan menilai sesuatu dengan hanya melihatnya secara sekilas tanpa memahami dan merenunginya. Bisa saja dari mencoba memahami dan merenungi sesuatu terlebih dahulu kita akan mendapat suatu hal yang baru.
Kembali ke jamban, eh, kembali ke pembahasan jamban. Jamban memiliki beberapa manfaat yang sangat vital (menurut penulis) diantaranya;
Tempat Sanitasi
Ini tentunya sudah lumrah diketahui oleh khalayak umum, bahwa fungsi utama dari jamban adalah tempat membuang "keluh kesah" perut kita. Baik berupa hal yang berbentuk padat, cair, semi padat maupun semi cair. Atau juga yang memiliki berbagai macam jenis warna. Sudah ah, ndah usah membahas ini terlalu dalam. Lama-kelamaan penulis merasa lapar.
Tempat Tidur
Tempat tidur? Ya. Tempat tidur. Tidur yang biasa dilakukan. Kondisi dan situasi mengapa jamban menjadi tempat tidur biasanya sering terjadi di asrama, pondok pesantren, maupun tempat khusus lainnya. Jarang sekali terjadi di rumah keluarga. Atau mungkin saja ada dari pembaca setia Dhalan Pitedhah yang menjadikan jamban sebagai tempat tidur favoritnya.
Tempat Bermuram Durja
Kondisi ini bisa dilekatkan pada jamban jika penggunanya sedang memiliki masalah hati. Misalkan saja ada seorang pria yang sangat mencintai seorang wanita. Hampir semua hal dilakukan si pria untuk si wanita, mulai dari membelikan ini-itu hingga mengantarkan si wanita kemanapun tujuannya. Namun sayang takdir Gusti Allah tertulis lain. Kedua sejoli tersebut tidak bisa disatukan. Saking terpukulnya si pria menjadikan jamban menjadi tempat untuk menyembunyikan kesedihannya. Dia menangis sejadi-jadinya dari pagi hingga pagi lagi. Halah lebay.
Ya pokoknya itu contohnya.
Tempat Merenung
Banyaknya bencana dan bencana yang terjadi di dunia ini terkadang membuat kita merenung. Sebenarnya apa yang diharapkan oleh Allah SWT terhadap ciptaannya. Nah, salah satu tempat yang paling nyaman untuk merenung (menurut penulis) adalah jamban. Di dalam jamban terkadang penulis menemukan ketenangan yang mana tidak akan penulis dapatkan ketika penulis berada di tengah jalan. Yaiyalah masbero. Yang terakhir.
Tempat Berimajinasi dan Memperoleh Inspirasi
Lha ini manfaat yang sering penulis peroleh dari dalam jamban. Atmosfer kesunyian dan ketenangan yang dirasakan penulis di dalam jamban terasa berbeda dari tempat manapun. BAB sambil merokok dan melamun memasang wajah bodoh serta berimajinasi membayangkan sesuatu adalah suatu kegiatan yang sering penulis lakukan di dalam jamban. Dari rutinitas tersebut banyak hal yang penulis dapatkan, mulai ide-ide bodoh hingga inspirasi-inspirasi penuh bermanfaat. Contohnya seperti tulisan ini.
Jadi, mari hidup sehat dan sering-sering ke jamban agar kita memperoleh manfaat darinya dan merokok itu sehat bagi penulis, entah bagi para pembaca. Sekian.
Tabik!
NB: Untuk pembaca cewek jangan ikutan merokok ya?
Copyright ilustrasi: google.com
0 Response to "Belajar dari Jamban"
Post a Comment