Negara dibentuk untuk menyelamatkan penduduknya, menyelamatkan budaya, dan hak masing-masing individu. karena dengan adanya negara semua terkena aturan. Meskipun iya, ada model negara yang bebas, termasuk demokrasi yang diperjuangkan oleh bangsa ini. Namun kebebasan itu tetap terbatas oleh aturan main hukum yang dibuat oleh negara tersebut. Bebas yang tanpa batas hanya menghilangkan sifat bebas tersebut hingga puncaknya akan lahir hukum rimba tanpa kebebasan.
Bentuk negara apapun mengisyaratkan betapa hidup harus ada individu yang diunggulkan, individu yang ditunjuk untuk mengatur kemaslahatan orang lain, kemaslahatan banyak orang, dan tentunya kemaslahatan bangsa itu. Dalam hal ini siapa lagi kalau bukan para pejabat (umaro'). Mereka ada dari atasan hingga bawahan, presiden hingga ketua RT.
Kemaslahatan yang dicita-citakan dalam bernegara dituai dengan gerakan terstruktur. Gerakan ini berlaku untuk umum, mengena pada siapa saja. Keburukan sistem yang demikian jika dijalankan dengan berlebihan ialah kurangnya perhatian pada sisi kemanusiaan. Atau bahkan hanya sistem saja yang baik. Atasan kencang namun bawahan kendor.
Berhubung di dalam bangsa tidaklah sama setiap pemikiran penduduknya, maka harus ada alat untuk mencapai masing-masing maslahat bagi setiap kelompok yang satu pemikiran tersebut. Alat ini berupa partai politik dengan aturan main politik menggilakan itu. Terlebih di era kebobrokan manusia ini, politik sungguh "sangat-sangat menjijikan". Mereka rela membunuh saudaranya, menjual agama, mendasarkan ayat-ayat suci, bahkan mengajak Tuhan untuk masuk permainan politik nakal mereka.
Guna mengisi sistem yang rancau ini -karena bagaimanapun sistem, jika ia ciptaan manusia, maka pasti memiliki cacat- harus ada pihak yang mengisi kerancauan itu. Siapa lagi kalau bukan mereka yang bergerak secara kultural, gerakan yang bergerak di/dan/dari akar rumput. Mereka menjadi panutan umat tanpa ada kewajiban umat manut pada diri mereka. Panutan itu ialah para ilmuwan (ulama') entah itu ilmuwan dalam bidang agama, ilmu eksak, ekonomi, sosial maupun keilmuan yang lainnya.
Ingatkah anda dengan Cina yang perkasa karena 9 naganya? India dengan Ghandi? Atau ingatkah anda pada para filosof yang menjadi rujukan para negarawan untuk menentukan arah kebijakan bangsa masing-masing? Atau Indonesia dengan NU dan Muhammadiyahnya? Negara tak cukup dipegang oleh para politisi yang fasih mengatasnamakan rakyat. Harus punya "navigator". kekuatan negara ada pada penguasa (umaro') dan ulama'nya.
Bagaimana dengan Indonesia? Silahkan anda menilai masing-masing. Sekilas saya menilai ada kerancauan dimana sekarang orang yang mengaku atau diakui sebagai ulama' justru bermain politik sedangkan para negarawan memblungkon jadi ulama. Tugas serta fungsi kedua pihak ini saling dicampur adukkan.
Tak ada yang salah jika salah satu dari kedua ini memainkan peran yang berbeda. Namun tetap, sesuaikan dengan kondisi anda. Bukankah baik jika para ulama' itu jadi pejabat? Pejabat yang dari ulama' bukan pejabat yang merangkap ulama'.
Semoga keharmonisan antar ulama' dan umaro' bangsa ini terus berpadu. perbedaan pendapat yang disertai perselisihan antar ulama' dengan ulama' atau pejabat dengan pejabat terus berpadu sampai mereka sampai pada titik 'maslahah' untuk mengahiri perselisihan itu. Kasihan kami (rakyat), orang awam yang menjadi bingung harus mengambil sikap jika yang kami posisikan sebagai ulama' atau umaro' malah tidak sesuai posisi, tugas dan fungsi masing-masing.
Bukan diri ini ingin menjadi sekularis atau bahkan mempropaganda ajaran sekuler. Kami mengingatkan pada ulama' dan umaro' untuk guyub rukun. Bagaimanapun para pejabat ialah bagian dari umat seorang ulama' atau ulama' adalah bagian rakyat yang patut diatur oleh umaro'. Olehnya sungguh sayang jika masing-masing dari mereka malah mengecam satu dengan yang lainnya. Tuhan menganugerahkan pangkat pada setiap individu. Anugerah untuk saling berdampingan, bekerja sama menuai kemaslahatan bersama, melahirkan rahmat bagi siapa saja. Banyak bangsa yang hancur karena tidak bisa membedakan siapa umaro'? Siapa ulama'? Apa tugas masing-masing?
Wa Allah A'lam....
Salam Indonesia Jaya
0 Response to "Ulama dan Umaro"
Post a Comment