Tak terasa Ramadlan hampir rampung. Sudah cukup qiro' sebelum sahur yang katanya sebagai alarm padahal setiap orang sudah punya HP disertai alarmnya, atau telah hampir usai pula tongtek yang mulai jam 12 malam sudah keliling kampung menganggu orang tidur. Atau polemik warung makan bertirai untuk menghormati orang yang berpuasa padahal mereka yang tidak puasa dengan PDnya ngrokok dijalanan, atau iklan di TV tentang jajanan roti/cemilan/biskuit, sirup, bahkan serial Ramadlan yang tayang siang hari dengan adegan makan enak-enak.
Mengapa tidak sekalian itu diperkarakan coba? Toh itu mengandung provokasi untuk makan bukan? Atau propaganda tidak puasa. Apalagi video itu penuh ke-alay-an adegan. Pakai ekspresi "menyegarkan" sehabis minum lah, suara krucuk-krucuk yang ngajak tenggorokan bergeming. Sungguh tidak menghormati orang puasa. Bukankah "inti utama"nya menghormati orang yang berpuasa? Ayo perkarakan situ iklan sirup! Atau pakai solusi lain saja, khusus bulan Ramadlan, siang hari deretan iklannya harus produk rokok, bukan yang lain, iklan rokok apapun tidak akan ada adegan orang merokok, dan itu sangat toleran bagi orang yang berpuasa.
Ah Sudahlah....
Ramadlan berlalu, kini tiba saatnya Idul Fitri, momen ini diwarnai beragam agenda kegiatan bagi kalangan Muslim. Di antara momen viral ialah silaturahim dalam bentuk sekedar main ke rumah kerabat, ngopi bareng teman lama, atau yang repot lagi silaturahim itu dibungkus dengan reuni sekolah. Setidaknya ada kesan rempong untuk bentuk silaturahim yang satu ini.
1. Reuni harus butuh banyak persiapan. Mulai dengan persiapan jawaban untuk berbagai pertanyaan atau persiapan yang lainnya. Sayangnya ini bukan pertanyaan ujian semester yang kita bisa usaha nyontek teman sebelah, bukan pula pertanyaan Ujian Nasional yang mampu dengan mudah kita cari jawaban lewat bakul (penjual/calo) yang mremo (menjual) jawaban. Atau jika itu UN, maka bisalah kita jawab sekenanya. Mulai dari soal nomor satu hingga 40 kita jawab A semua, setidaknya peluang untuk salah semua kan jadi tidak ada. Dari pada kamu jawab ngawur acak namun tidak yakin dengan takdir bagus ya bisa-bisa jawaban kamu salah semua.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering terdengar itu mulai dari "kapan nikah?", "kapan punya anak?", "kapan punya adik?", "kamu kuliahkan? Wisuda kapan? Sudah bab berapa skripsimu?" dan pertanyaan yang lainnya. Pokoknya siap mental saja atau request minuman sprite pada tuan rumah biar tidak oleng mendadak.
2. Taukah kamu, jika ada reuni maka ada sebagian temanmu yang mati-matian mensukseskan acara itu. Mati-matian mulai dari membuat undangan, stiker, souvenir, menyebarkan undangan reuni tadi, hingga ketar-ketir terkait dana oprasional. Tidak mungkin kan kalau sekedar kumpul tanpa camilan-camilan yang alamak, setidaknya ya kaleng Khong Guan dan Sirup Marjan yang sedari awal Ramadlan sudah promosi. Meskipun isinya sudah diganti oleh tuan rumahnya dengan isi yang HOAX berupa kerupuk, keripik pisang. Heuheuheu
Sebenarnya juga tidak repot sampai mati-matian juga, lha wong sekedar mengantarkan undangan dan sticker saja. Tapi berhubung ini sudah bukan lagi masa sekolah, sudah punya kesibukan masing-masing, ya jadinya kalah-kalahan bagi yang mau mengalah untuk jadi pahlawan reuni. Atau tidak repot juga sebenarnya, tapi kalau dipaido ngalor-ngidul siapa yang tidak kudu misuh coba. Sudah bela-belain ngurusi harus kena semprot pula.
3. Repotnya lagi bagi para pahlawan reuni ialah bingung mau promosikan acara ini biar rame? Pake dalil biar dapat jodoh karena silaturahim mendekatkan jodoh? Lha wong teman-teman sudah pada berkeluarga atau minimal punya pacar, kecuali para panitia yang langgeng menjomblo dan mengisi waktu jomblonya dengan kesibukan ngurus acara ini untuk pelarian. Mungkin iming-iming rezeki bertambah dan relasi terjaga masih cukup ampuh. Shishishi
4. Repot kalau ketemu mantan. Iya, siapa yang tidak ingat masa sekolah coba, putih abu-abu seragam SMA/Aliyah, merah kuning hijau jas almamater kuliah. Masa dimana pertama kali merasakan indahnya "musim semi" perasaan. (eciyeh....) Cinta yang baru saat itu dirasakan. Bahkan ada juga lho sekolahan yang jadi biro jodoh. Sekolah lulus bukan hanya dapat ilmu tapi dapat istri pula. Semua memang masa-masa sekolah itu berpotensi banget jadi masa penemuan asmara. Namun beda ceritanya jika kandas divtengah jalan. Dulu yang berharap tidak usah bertemu lagi malah kini terpaksa bertemu dalam rentang waktu selama acara. Repotnya lagi kalau mantanmu itu sudah punya suami/istri ditambah suami/istrinya teman sekolah pula. Bisa mati gaya pokoknya.
Beragam kerepotan itu tentunya harus disikapi dengan bijak. Jangan sampai kita jadi "pecundang" yang bisanya menghindar pada kenyataan. Datanglah selagi bisa. Kita ulang lagi kaleidoskop cerita lama masa lalu saat masa sekolah. Hibur diri disela-sela aktifitas sehari-hari yang menjenuhkan. Atau sekedar menghormati para pahlawan reuni untuk setiap cucuran keringat yang keluar.
Bayangkan saja, sudah jadi pahlawan reuni, tidak dibayar, berstatus jomblo, acaranya tidak ada yang datang pula. Ada yang datang, itu pun mantan saat sekolah dulu yang datang bersama suami/istrinya yang dulu teman sebangku di sekolahan, kini ia sudah jadi horang kaya pula. Diyarrrrr Ambyar dek
Ya Allah.... Datangkanlah para penerima undangan reuni.
0 Response to "Di Balik Halal Bi Halal Yang "Asemane""
Post a Comment