Surat Untuk Afi Nihayah Faradisa

http://besoklusa.com/afi-nihaya-faradisa/

Afi sehat?

Saya sangat terkejut dek saat lihat dan membaca tulisan-tulisanmu. Seterkejut saya menonton respon masyarakat menilai tulisanmu. Seterkejut itu, saya gak nyangka saja ketika berusaha masuk grup Fans Page Afi Nihayah di FB ternyata bukan para fans yang berada di situ, melainkan para hatersmu yang "amat nggoblok" itu dek.


Bagaimana tidak nggoblok coba dek?. Tulisanmu itu renyah, logika yang kamu pakai itu sangat sederhana. "Jika anda tak suka makan di warung A, ya monggo pindah saja ke Warung B" begitu saat kamu mengilustrasikan orang-orang yang tak sependapat dengan mu. Tak seperti Fadli Zon yang njlimet saat mengungkapkan alasan kenapa harus menutup Reklamasi Jakarta. Lha iya. kok bisa ya? tulisan yang renyah itu membuat mereka gagal faham. Hingga kesimpulan yang tinggal santap bahkan oleh anak kecil sekalipun tanpa repot, di hadapan mereka menjadi makanan yang tidak karuan lagi. 

Dek Afi. . . . .

Kini telah sepi isumu itu diperdendangkan warga Indonesia. Tak apalah, menulislah, terus dan terus. Tebarlah rahmat tatkala masih ada kesempatan itu. Bukankah semua tergantung niatmu? Bahkan sampai hari ini saya belum berani memposisikan saya sebagai penggemarmu atau pembencimu karena sampai saat ini dan sampai kapanpun saya tak akan tahu apa niatmu menuliskan semua itu. Niat yang baik tak akan patah tatkala beribu haters membayangi setiap tarian jemarimu, dengan tekad yang kuat pula maka tak penting apakah media masih menjadikan kamu tranding topik atau tidak. Selama niat baikmu terus kamu realisasikan semua ke-WAH-an itu akan mengikutimu.

Saya terkadang iri dengan semua tentangmu, sebelia usiamu ini telah banyak pengagummu, banyak pula pembencimu. Sedini itu kau telah mampu menguraikan agama, kebenaran, perbedaan. Puisimu menakjubkan. Namun semua kekagumanku itu selalu dalam bingkai khusnudzonku. Bukan seperti mereka yang membaca apa yang kamu tulis hingga tak terasa tulisan itu selesai mereka baca lalu berakhir dengan sangkaan plagiat atau bahkan melaknati dirimu. Entah, saya pun tak mau mempersoalkan apakah tulisanmu itu plagiat? Kamu terlalu berani dengan mengangkat isu-isu yang sensitif? Lupakan apa itu plagiat. Memang mereka hidup di dunia mana tidak plagiat? Mungkin mereka baru saja keluar dari tempurung lalu dapat HP dan melihat tulisan-tulisan melalui internet lalu mengklaim kamu plagiat. Sudahlah, bahkan huruf abjad yang mereka gunakan untuk menghujatmu melalui komentar Facebook adalah plagiat besar pada penemu huruf abjad ini. Belum lagi isi komentar itu yang saya yakin hanya ikut menbebek pada yang lainnya.

Dek Afi. . .

Lupakan pula tentang anggapan tulisanmu yang selalu mengangkat isu sensitif. Negeri ini memang lagi sekarat. Ibarat ada polarisasi besar perpolitikan. Dua kubu yang dulu bertarung di pemilihan presiden hingga kini masih bergelut sengit. Tentang ormas, itu hanya korban politik saja.

Sudahlah, tak perlu takut dengan para haters itu. Saya dengar ada yang sampai membunuhmu juga nggeh dek? Duh duh. Sini Om ajari bagaimana caranya misuh biar mereka tahu bahwa hidup tak selalu saling membenci.

Tak usahlah khawatir, jika kamu hidup di desa dan terus di desa seperti saat ini. Apalagi kamu berada di wilayah paling timur pulau Jawa yang terkenal sakral karena wilayah itu telah melahirkan banyak orang besar. Dengan lingkungan hidup itu saya yakin kamu bisa hidup dengan tentram. Saya yakin para pembencimu itu bukan yang mengenalmu dengan kaffah (intens/sangat mengenal dan memahami), mereka pasti orang yang ada di kota dengan watak ke-individualis-nya, kerasnya persaingan, serta hedonismenya. Mereka itu akan tidak mungkin betah hidup di desa. Jikalau sampai iya. Pasti ia akan jadi orang yang terasingkan. Sampai-sampai mau beli rokok malam-malam aja harus susah payah cari Indomart bukan di toko sebelah. Eh, tapi bukan, mereka kan nggak doyan rokok, apalagi kopi. Hehe😁😁😁😁


Pengagummu.

0 Response to "Surat Untuk Afi Nihayah Faradisa"

Post a Comment