Puasa Apa Anda Hari Ini?

Sekilas memang pertanyaan ini terkesan merendahkan saat disodorkan pada kita orang yang sudah dewasa, sudah tumbuh rambut dimana-mana, sudah dan masih bisa membedakan apakah Bapak Jokowi itu orang yang baik? Dalam artian sudah Tamyiz.

Dulu waktu penulis masih kecil, pertanyaan yang sering saya terima waktu puasa ialah: kamu puasa? Poso Opo? Mbeduk, ngasar, opo ndinan? (Red: buka diwaktu Dzuhur, Ashar, atau Maghrib).
Iya, macam puasa itu dulu identik dengan itu. Namun sekarang, Alhamdulillah penulis faham bahwa puasa itu Imsak min thulu'i fajri illa taghrubi as syamsi. Puasa itu sedari terbitnya fajar (shodiq) hingga terbenamnya matahari. Adapun macam puasa tadi hanyalah ajang latihan bagi anak-anak.

Bahkan dulu saya ingat saat tidak bisa bangun malam untuk sahur, penulis meng-qodlo'i sahur pada pagi harinya, sekitar jam 7 lah dengan lauk yang sengaja ibu sisakan untuk anaknya tersayang ini. Udah sahurnya jam 7, bukanya 2 kali atau bahkan 3 kali sehari (Dzuhur, Ashar, dan Maghrib) benar-benar bulan penuh nikmat. Meskipun dulu itu puasa-puasanan, penulis ingat jelas bahwa perasaan hati saat itu senengnya bukan main, serasa benar-benar memiliki bulan Ramadlan, se se . . . serasa benar-benar ngibadah. Dan saat Idul Fitri tiba, masya Allah. Sangat seneng karuan sekali rasanya. Tidak seperti sekarang ini. Terasa hampa, hambar, anyep di hati, udah gitu jauh dari orang tua. Hiks 😢😢😢

Subhanallah, indah ya masa lalu, masa kecil. Penuh kasing sayang. Masa kecilmu pripun kang?

Lanjut. . . .

Sebenarnya macam-macam puasa itu tidak hanya sebatas 3 tadi. Dalam kitab-kitab salaf, para ulama juga ternyata membuat semacam klasifikasi puasa seseorang. Yang pertama, Shoumul Amm atau puasanya orang umum, umumnya orang berpuasa. Macam atau kelas puasa ini diperuntukan bagi mereka yang berpuasa hanya menahan hal-hal yamg membatalkan puasa, seperti bersenggama, atau memasukan sesuatu ke lambung, bisa makan lah, minum, ngerokok, dan lain sebagainya.

Macam yang kedua ialah Shoumul Khos. Puasanya orang-orang khusus, puasa macam ini mengisyaratkan bahwa selain meninggalkan hal-hal yang bisa membatalkan puasa, juga seseorang harus meninggalkan hal-hal yang membuat pahala puasa itu lebur. Seperti melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama. Mulai ghibah (ngegosip), berbohong, fitnah, dan lain-lain.

Tingkatan puasa yang paling tingi ialah Shoumul Akhosul Akhos. Jadi selain harus memenuhi 2 kriteria puasa yang disebut di atas orang yang ingin dikatakan puasanya masuk kategori ini harus mengisi hari-hari puasanya dengan beribadah pada tuhannya. Terlebih pada bulan ini pahala dilipat gandakan. Jadi bukan hanya sekedar RaMadang akan tetapi benar-benar Ramadlan.

Anda? saat ini sudah sampai kelas yang mana?

Begitulah, puasa memang harusnya menjadi istimewa karena Allah SWT mengistimewakan ibadah ini. Banget istimewanya puasa, maka ibadah ini bisa dijadikan tolak ukur keimanan seseorang. 

Berbeda dengan ibadah yang lain, puasa murni urusan kita dengan Allah SWT, olehnya pahala puasa "langsung" dari Allah kelak di akhirat, dan tidak bisa digadaikan untuk menutupi dosa kita. Coba bayangkan saja, jika anda melakukan ibadah sholat, zakat, dsb maka bisa saja kita pamer dengan manusia lain. Akan tetapi berbeda dengan puasa, kita tidak bisa memamerkan puasa kita pada orang lain. Dengan apa coba kita pamer? Dengan anda ikut sahur, ikut berbuka, atau dengan menyemburkan bau mulut anda di siang hari pada orang disekitar anda? Ya bisa, bisa, bisa saja dengan begitu anda dianggap orang yang berpuasa, akan tetapi apakah puasa anda itu belum batal atau tidak, hanya anda dan Gusti Allah yang tahu. Olehnya ibadah ini murni urusan kita pada Allah SWT.

Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk beribadah oleh Allah. Amin.....

Wallahu a'lam....