Hidup Adalah Pelarian


https://pixabay.com/en/girl-at-night-running-cloud-162474/

Hadirin yang dirahmati oleh Allah

Ingatkah saudara tentang kisah baginda Adam dengan permaisurinya Hawa yang dulu adem ayem di surga dengan pernak pernik minta ini muncul ini, minta itu ya begitu muncul pula, minta yang apa muncul juga apa. Namun takdir berkata lain, mereka berdua melakukan pelanggaran fatal, yaitu memetik buah khuldi sehingga harus dilarikan sementara ke dunia. Pelarian itu berujung pada keadaan yang berbanding terbalik. Kini mereka minta ini munculnya itu, bahkan minta ini dan ini tidak bisa dikabulkan seketika, bisa terkabul malahan yang keluar adalah itu, jadi serba repot.

Cikal bakal manusia dan kita semua ini hidup di dunia memang pada mulanya pelarian. Pelarian sampai nanti masa dimana kita kembali di tempat asal kita berlari, surga yang penuh dengan kenikmatan. History yang demikian, sepertinya mewariskan sifat manusia untuk terus berlari karena memang hidup terkadang soal pelarian.

Dari manusia yang hidupnya biasa, lari cari pekerjaan untuk menuai hidup enak. Mereka yang bodoh, lari mencari pengetahuan. Merasa tidak prestis? larilah jadi pejabat! Yang jomblo akut atau mereka yang kesepian juga lari menuju belahan hatinya, atau lari ke dukun yang paling terjangkau guna merestui pelariannya itu. Oleh demikian, melihat kondisi ini, sah-sah saja kita menyebut sekolah, pondok pesantren, kantor, KUA, kantor pemerintahan, gedung hijau, dan tempat lain itu adalah pelarian semua. Kita hina, kita kosong, kita akan hancur dan tertipu, karena bukan itu peraduan hidup kita, semuanya adalah pelarian yang sungguh-sungguh hina.

Hadirin yang berbahagia

Semestinya kita semua sadar, bahwa kita sedang dalam pelarian. Sadar bahwa pelarian itu bukan hal yang patut kita perjuangkan mati-matian. Olehnya jika anda nyalon jadi lurah misalnya, berkampanyelah dengan penuh kebercandaan, keaktingan, dan tentunya kesadaran. Karena itu hanya pelarian dari saat itu anda merasa tak dianggap apa-apa oleh masyarakat lalu seketika itu anda ingin menjadi orang terpandang. Toh jika anda terpilih, pelarian anda bisa saja berakhir kapanpun. Karena dilain sisi pelarian ini sudah digariskan oleh yang Maha Kuasa, kita hanya menjalankan takdirNya menjalankan fisi pelarian. Jika anda ikut demo lalu me-mekik-kan takbir, maka silahkan mulut anda menggemakan takbir sekeras mungkin, namun hati anda bergeming, "saya akting ya Allah" sudah tak perlu seserius itu ini pelarian saja kok.

Pye hadirin? Masih sehat?

Wa ma kholaqtul jinna wal insan illa liya'budun.

Satu yang perlu diingat pula hadirin sekalian. Pelarian kita di dunia ini mari kita gunakan seproposional mungkin, kita berlari dengan membawa embel-embel abdallah, hamba Allah yang tak lain harus senantiasa beribadah padaNya. Entah dalam bentuk apa pelariannya. Sekarang tinggal pilih, berlari untuk ibadah atau ibadah anda hanya aebuah pelarian. Berlarilah sekenacang mungkin wahai saudara sekalian hingga kita dapatkan apa yang kita inginkan dalam hidup (ridho Allah: Surga) dengan cepat dan tepat. Atau berlarilah hingga rekenik duniawi itu lelah mengikuti kita. Dan berlarilah sampai kita mencapai titik sadar bahwa ini benar-benar pelarian.

0 Response to "Hidup Adalah Pelarian"

Post a Comment