Sudah cukup lama ternyata laman ini kami buat, tulisan juga sudah sedemikiannya. Namun aneh juga jika kami tidak memperkenalkan diri. Sebenarnya agenda awal pembuatan laman ini -jujur- sebagai media sharing pengetahuan, pengalaman, dan juga melatih diri untuk bisa menulis nisbatnya kami keneneran juga seorang mahasiswa dan tak jauh dari dunia literasi, baca, dan, tulis menulis. Agenda puncaknya ialah selayaknya manusia ubet berusaha di dunia ini, apalagi kalau bukan maisyah untuk mencukupi kebutuhan hidup guna melangsungkan beribadah pada Tuhannya. Namun untuk agenda akhir ini kami rasa saat ini sitangguhkan saja melihat memang tidak atau belum relevan saat-saat ini.
Perkenalan itu menjadi penting bagi anda yang selektif mengambil informasi dari dunia maya. Terlebih maraknya HOAX dan fitnah yang menjadikan dunia maya sebagai medianya. Atau bisa saja perkenalan itu bukan menjadi hal yang penting karena;
Pertama, sedari awal kami tidak menuntut pembaca membenarkan setiap yang kami tulis, kami sangat menanti suara pembaca bagi setiap tulisan kami entah dalam bentuk kritik, saran, atau yang lainnya.
Kedua, jika anda memang seorang yang cinta akan ilmu pengetahuan, maka bukankah tidak penting siapa pembawa pengetahuan itu? Kebenaran itu? "Undzur ma qola wala tandzur man qola" lihatlah (kebenaran) apa yang diucapkan, bukan siapa yang mengucapkan, dengan demikian maka kita bisa berlayar lepas mencari pengetahuan di dunia ini. Seorang guru kami menjabarkan dalil tadi dengan ilustrasi bahwa dalam mencari ilmu itu kita patut meniru prinsipnya lebah, ia menghinggapi semua bunga tanpa terkecuali untuk mencari madu sehingga dengan cepat mereka dapat bermanfaat oleh madu yang mereka peroleh. Olehnya mari mencari pengetahuan dimana saja, kapan saja, dari mana saja. Kenyataan pada sekarang ini berbalik, orang cenderung melihat siapa yang membawakan pengetahuan itu sehingga tak jarang jika kebenaran bukan lagi kebenaran, ia sudah tersandarkan pada sebuah organisasi, partai, atau bahkan instansi dimana mereka berada.
Mengawali perkenalan kali ini kami memberitahukan bahwa sampai saat ini kami ialah seorang mahasiswa yang malas, kuliah tak juga kunjung usai disaat yang lain telah mampu tertawa lebar atau malah bingung mau apa dengan ijazah S1 yang mereka dapatkan saat ini, kami juga santri yang mbeling saat ini, tak pernah mutholaah kitab, sering terkena sindiran pak kyai saat ngaji karena kelakuan sehari-hari, sering bikin orang tua cemas dan tak jarang mereka kecewa. Namun, semua yang ada pada diri kami saat ini masih dalam bingkai kesadaran kami, kami sadar akan semua itu. Mungkin belum saatnya saja merubah hal-hal yang mereka buruk menjadi baik. Beda kan kalu sudah dianggap buruk oleh orang lain, terlebih orang yang penting dalam kehidupannya tapi ia tidak sadar? Saat ini kami menjalani semua dengan harapan suatu saat nanti semua bisa berubah, suatu saat nanti kita dapat hidayah. Amin
Mengenai nama laman ini sebenarnya lagi-lagi ini ialah srbuah harapan, dhalan pitedhah itu jika di-Arab-kan menjadi Sabil Al-Huda, hidayah. Harapan kami dengan laman ini kami bisa menebar pencerahan, hidayah bagi semua orang, terutama penulis yang mudah-mudahan dirahmati Allah ini.
Didalam Islam, hidayah sepertinya menjadi entitas yang penting, sakral, dan harapan semua umat. Coba kita bayangkan, betapa pentingnya hidayah itu sehingga dalam satu hari setidaknya kita wajib minimal 17X banyaknya memohon pada Tuhan meminta hidayah, hal itu terdapat pada rukun shalat membaca surat Al-Fatihah. Salah satu ayat dalam surat tersebut berbunyi Ihdinas shiratal mustaqim dengan kata ihdi yang dalam ilmu shorof ia satu asal dengan hidayah yaitu kata hada (fi'il madli), bedanya ihdi itu bentuk perintah/meminta sedangkan hidayah merupakan masdar. Dalam hal ini memang hidayah merupakan hal yang sangat penting, banyak juga yang memberi nama pada anaknya, atau lembaga mereka dengan kata hidayah, contohnya Kyai Sahal dengan pondok beliau Maslakul Huda, atau paman beliau Mbah Dullah yang memiliki pondok pesantren Matholi'ul Huda.
Selain hal yang penting, hidayah juga sesuatu yang sakral, melihat hidayah hanyalah Tuhan yang tau, singkatnya hidayah itu hak prerogatif Tuhan, wal huda hudallah wal hadi hadyu sayidina Muhammad. Bahkan seorang Nabi Muhammad saja tidak biasa memberi hidayah pada pamannya (Abu Tholib) untuk memeluk Islam karena memang hidayah itu murni milik Tuhan. Akan tetapi datangnya hidayah tetap harus diusahakan, la yughoiyir akan tetapi hatta yughoiriru bi anfusihim. Pengusahaan itu bisa saja dengan terus berdoa seperti tadi atau membuat dan mengelola laman serta menulis dalam atau membaca laman ini. Hehehe
Semoga saja penulis, dan crew lain yang nyengkuyung laman ini, serta para pembaca senantiasa mendapatkan hidayah Allah SWT. Amin
0 Response to "Dhalan Pitedhah: Mafia Kata, Memburu Makna"
Post a Comment