Berfikir Posisional

https://pixabay.com/en/the-strategy-win-champion-1080533/

Saat itu ketika guru nduk Salamah sedang menerangkan perihal kewajiban muslimat menutup kepala atau berhijab, beliau mempromosikan hijab dengan santun. Dalil aqli beliau sampaikan "kepala itu kalau di-Jawa-kan jadi mustaka, unsur yang paling berharga, lebih-lebih anda perempuan yang punya pangkat sebaik-baiknya hiasan dunia" sambil menatap penuh hikmat nduk Salamah menanti kalimat selanjutnya dari sang guru yang mengambil nafas pelan-pelan. "Dimana-mana, hal yang berharga itu harus dilindungi, perlindungannyapun harus efektif dan proposional. Bukan dibuka tanpa perlindungan, atau bruwet perlindungannya, malah gak bisa dipandang indah nantinya. Olehnya berhijablah nduk, biar dirimu ada harganya"


Dalil naqli pun tak luput untuk beliau paparkan mulai dari unsur targhib (memyemangati) dan tarhib (menakut-nakuti) nya. Neraka neraka neraka!

Seketika itu, semua menjadi hening karena merasa tersindir atau dalam hal ini tersangka kealpaan memakai hijab dimanapun. Nduk Salamah yang terkenal cemethos akhirnya tak tahan dan berontak "lha itu Pak Yai, nyuwun sewu sebelumnya. Putrinya Gus Dur, mbak Najwa idola saya yang putrinya mufasir kondang Quraish Shihab kok tidak berhijab? Jika iya berhijab, Itu pun tidak sempurna!?" Keadaan yang semula hening menjadi benar2 senyap, suara kipas kelas yang biasanya tak terdengar kini begitu nyaring dan makin nyaring hingga terasa sangat mengganggu, persis suara qiro' yang dilantunkan saat sebelum Subuh itu.

Pak Kyai yang terkenal berwibawa dan nyegoro hati dan fikirannya pun hanya santai menanggapinya, bahkan ada raut wajah senyum di bibirnya, semacam sinis karena dianggap beliau lucu atau raut itu hanya penghormatan pada keberanian nduk Salamah saja. Ah! Tak pentinglah itu, yang terpenting apa jawabannya coba pertanyaan nakal nduk Salamah itu? Ia sudah berani-beraninya menyebut ulama-ulama besar dan terkesan menyudutkan ulama sekelas Gus Dur dan Quraish Sihab. "Yo sana kamu tanya beliau sendiri tho! Persoalan anak beliau kok saya yang ditanya," grett, ternyata benar-benar mengena jawaban ini gumam kami "yang penting uruslah dirimu sendiri, aku ngakon kalian berhijab juga karena kalian muridku, kalaupun tidak ya silahkan kalian"

Pernyataan ini sangat jernih, dalam, dan memang mengena. Sepertinya kita terkadang lupa bahwa kita sering memposisikan diri tak sesuai posisi kita (wadl'u syai laisa fi makhalihi). Atau dalam bahasa santri dikenal dengan istilah dzolim. Pengertian yang demikian penulis rasa sangat melebar luas, kedzoliman itu tak hanya pada perbuatan. Kita bisa saja menyebut dzolim bagi orang yang berargumen atau berbicara tak sesuai posisinya. Negara sudah ada yang ngatur, kok kita disini ribut ngomen, mikir jauh-jauh politik padahal kita bukan politisi atau pejabat negara, bahkan ahli dalam hal ini juga bukan kan? Kalau itu terjadi maka yang ada ya seperti sekarang ini, permasalahannya siapa yang gaduh siapa? Kalau kita menang dapat apa? Jikalau kalah, rugi tidakkah kita? Kegaduhan itu hanya menambah persoalan baru, bahkan ada juga yang sampai ribut dengan yang lain (sama-sama tak punya posisi sebenarnya) padahal yang punya persoalan biasa-biasa saja.

Memang, efek pendzoliman atau unposisional dalam berfikir dan berucap tak sebesar efeknya jika kita bandingkan dengan unposisional dalam berbuat. Tapi jauh-jauhlah dari segala kedzoliman itu supaya kita tak menemui keburukan setitikpun.

Yang lebih menggelikan lagi ialah unposisional dalam berdalil. Bayangkan saja, sudah sok suci dengan membawa kebenaran yang absolut tetapi kebenarannya berujung tabu. Seperti Mbah Salam (tokoh ini hanya fiksi). Suatu ketika beliau bertamu ke tetangganya. Saat tetangganya mencoba beramah tamah dengan menanyainya kesana kemari, mbah Salam ini malah berdalil dengan agak memaksa "wis ojo sok lamis, saya itu tamu, harusnya kamu mulyakan selayaknya. Kasih minuman lah!, lengkap dengan jajannya ya!" Mbah mbah, memuliakan tamu itu ya tugasnya tuan rumah tho? Dalil itu ya bukan dalil bertamu mbah, tapi dalil saat kita di-tamu-i saudara kita.

Wallahu A'lam...

0 Response to "Berfikir Posisional"

Post a Comment