Bekerja adalah suatu keniscayaan bagi manusia, dengan bekerja manusia memperoleh "upah" untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bentuk-bentuk dari pekerjaan pun beragam dan bervariasi, ada yang murni mengandalkan fisik, ada yang hanya menggunakan pikiran (ide, kreatifitas dll), ada pula yang menggabungkan keduanya.
Dalam pekerjaan terdapat istilah untuk individu-individu yang terlibat di dalamnya. Di antaranya istilah bos, leader, CEO dan sebagainya untuk menyebut pimpinan-pimpinan dalam suatu pekerjaan, juga karyawan, anak buah, buruh dan lain sebagainya untuk menyebut individu-individu di bawah yang pimpinan suatu pekerjaan.
Praktek dalam pekerjaan, kebijakan-kebijakan serta persyaratan-persyaratannya pun beragam, hal itu tergantung bentuk dari pekerjaan itu sendiri dan kebijakan yang diterapkan oleh suatu perusahaan dan individu-individu yang memiliki "kuasa" atas pekerjaan individu-individu lain yang berada di bawah tanggung jawabnya(karyawan, anak buah, buruh dsb).
Kesepakatan yang terjadi antara bos dan karyawannya adalah sesuatu yang pasti dalam suatu pekerjaan. Namun terkadang terdapat kesenjangan dalam praktik sosial dan teknisnya, seorang bos terkadang lalai dalam memperhatikan kebutuhan karyawan-karyawannya, misalkan gaji yang diterima tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan persetujuan yang telah disepakati. Dalam hal ini terkadang seorang bos hanya menganggap karyawannya sebagai sapi perah, dengan kata lain baik pikiran ataupun pikiran karyawan tidak "dihargai" secara setimpal oleh bos maupun pihak perusahaan.
Boleh-boleh saja seorang bos menegur, menuntut atau bahkan memecat karyawan-karyawannya jika memang "kesalahan-kesalahan" dalam bekerja dilakukan oleh si karyawan. Akan tetapi ketika seorang bos melakukan "kesalahan-kesalahan" tersebut, apa yang bisa dilakukan oleh krayawan-karyawannya?
Nah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh si karyawan, antara lain:
1. Menegur si bos, hal ini dapat dilakukan jika lingkup pekerjaannya tidak sebesar bekerja di dalam sebuah perusahaan. Dari segi personal pun si karyawan setidaknya memiliki keberanian terhadap tindakannya dalam menegur bosnya, terlepas dari akan apa yang terjadi jika tindakan ini dilakukannya (biasanya jika bos tidak diterima oleh teguran si karyawan, pemecatan dari pekerjaan adalah konsekuensinya).
2. Mendemo pimpinan perusahaan, hal ini biasa terjadi di dalam pekerjaan yang lingkupnya besar, semisal perusahaan. Dalam berdemo pun dilakukan oleh banyak orang agar dapat diliput oleh media dan mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama juga dari perusahaan dimana si karyawan ini bekerja.
3. Yang terakhir adalah melaporkan si bos maupun pimpinan perusahaan terhadap lembaga pemerintah yang mengurusi ke-tenaga kerja-an ataupun lembaga yang memberi perlindungan terhadap kalangan pekerja dan karyawan. Tentunya hal ini membutuhkan usaha lebih dari si karyawan, baik berupa dana maupun tenaga.
Pada intinya bekerja adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, kita, sebagai manusia yang bekerja, jangan sekali-kali lupa akan jati diri kita sebagai manusia, berpikir dengan otak dan bergerak dengan otot, bukan berpikir dengan otot dan bergerak dengan otot. Jangan sampai dalam bekerja kita hanya dianggap sebagai sapi perah ataupun alat penghasil uang bagi bos maupun perusahaan yang terkadang habis manis, sepah dibuang.
Salam Kerja!
Pada intinya bekerja adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, kita, sebagai manusia yang bekerja, jangan sekali-kali lupa akan jati diri kita sebagai manusia, berpikir dengan otak dan bergerak dengan otot, bukan berpikir dengan otot dan bergerak dengan otot. Jangan sampai dalam bekerja kita hanya dianggap sebagai sapi perah ataupun alat penghasil uang bagi bos maupun perusahaan yang terkadang habis manis, sepah dibuang.
Salam Kerja!
0 Response to "Jangan Menjadi Sapi Perah"
Post a Comment