Di ufuk timur, Sang Surya mengintip pertiwi, celoteh hewan-hewan pagi membumi
Ramai sekali
Malas aku bangun dari pembaringanku, ragaku seakan mati suri, ruhku kudekap
Dalam kamar gelap penuh bimbangku, pengap
Kusisirkan pandangan pada ruangan, samar terlihat cahaya, mereka masih terlelap
Kawan-kawanku
Teringat akan pepatah tua, bangun terlambat rezeki lewat, ayam menjadi tersangka
Ah, masa bodoh
Gusti Allah Maha Adil, jatahku di dunia, hanya Dia dan aku yang berhak mengambil
Kusisirkan mataku kembali, aku bangkit tak kembali, sadar
Waktu menunjuk sembilan, terkagetku bukan kepalang
Kukenakan pakaian, rapi, seperti mahasiswa semester akhir yang akan sidang skripsi
Baju putih, celana hitam
Agak jijik sebenarnya, dengan gaya pakaian seperti ini
Terbayang bagaimana koruptor-koruptor memakai gaya ini, ketika muda
Ah, sudahlah, aku tak peduli
Aku keluar, kutinggalkan kamar, ke arah tujuanku
Waktu berjalan, dunia berputar
Khalayak manusia di sekelilingku berjalan cepat layaknya tentara berjalan dengan hitungan satu dua tiga empat
Aku tertinggal, sedikit demi sedikit
Aku perbaiki langkahku, ku percepat
Menggigit bibir, menahan lemahnya semangat
Aku lelah, tetapi ku takkan menyerah
Aku berlari
Dari sini menuju mimpi
Kudengar derap kakiku beralas sepatu, di jalan penuh liku
0 Response to "Derap Kaki"
Post a Comment