Saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air.
Lupakah engkau atas kisah Jenderal Sudirman beserta prajuritnya yang terseok-seok masuk keluar hutan demi satu kata. Merdeka! Atau, lupakah dikau bagaimana Soekarno yang harus jatuh sakit demi kata "Merdeka"? Dan di sana, masih banyak lagi pahlawan yang merintih kesakitan lagi-lagi demi satu kata.
MERDEKA
Saudaraku. . .
Tak terasa 72 tahun cerita itu berlalu. 72 tahun lamanya hingga dengan mudah kita bisa saja menganggap semua cerita itu hanya mitos belaka. Tak usah percaya, tak usah se-empati itu. Kita lupa akan ruh perjuangan itu. Kita sibuk dengan identitas masing-masing. Perpecahan dan pertempuran karena perbedaan kini menjadi hal lumrah. Lupakah kita atas pahlawan yang dulu bersatu padu untuk satu tujuan. Merdeka!
Saudara bangsaku. . .
Mungsuh kita bukan itu!
Permasalahan kita tak sesepele itu!
Mari bersatu, menyatu, padu.
Kemiskinan sudah mendarah daging.
Kapitalis sudah menabuh genderang perang.
Korupsi keji ada di depan kita.
Belenggu kebodohan masih ada.
Lalu lalang ideologi kini sudah bebas keluar masuk negeri kita.
Keran kebebasan memfitnah sudah dibuka sederas-derasnya.
Supremasi hukum dipertanyakan.
Hak Asasi yang tak lagi sakral.
Saudaraku. . .
Banyak PR untuk negri ini.
Saudaraku. . .
Lantas apa arti Merdeka?
Jangan sampai peringatan merdeka tak mampu membuat kita sadar akan merdeka.
Merdeka. . .
Mari menatap Indonesia yang bermartabat di masa depan. Semangat kemerdekaan ini yang menjadikan api membara untuk tiap langkah menuju kejayaan.
Merdekalah negriku. Jayalah bangsaku.
Saudaraku sebangsa dan setanah air.
Musuh sudah di depanmu.
Mundur adalah kekonyolan.
Menyerah hanyalah tangga menuju kesengsaraan.
Lawan! Lawan! Dan Lawan!
Rapatkan barisan, mari maju dengan saling menggenggam tangan.
Lawan! Hiduplah dengan mulia, atau Mati saja dalam wewangi perjuangan.
Merdeka . . . .
Dirgahayu Indonesiaku 72.
Pati, 17 Agustus '17.
0 Response to "Merdeka!!!"
Post a Comment