Ta'jil Dan Ke-latah-an Orang Indonesia

https://pixabay.com/en/learn-school-language-teaching-2001847/

Sahabat Pitedhah dimana pun anda berada

Dulu saya sudah usai menguraikan apa itu ngabuburit dan mencoba menawarkan terobosan anyar bagi anda yang bingung mau mengisi ngabuburit di bulan suci ini dengan apa. 

Pada kali ini penulis akan menguraikan hal lain yang masih memiliki kaitan yang erat dengan Ramadlan, yaitu Ta'jil. Pembahasan kali ini lebih penulis tekankan pada asal muasal kata itu dan penggunaannya dalam bahasa Indonesia.

Secara singkat, penggunaan kata ta'jil di Indonesia merupakan kesalahan dalam berbahasa. Sesalah kesalahan dan kebingungan orang menulisnya. Apakah ta'jil atau takjil? Ta'jil sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti menyegerakan. Dalam derevasinya ia berasal dari kata 'ajjala. Pemilihan kata ta'jil di Indonesia sepertinya didasarkan pada sebuah hadist nabi yang memang menggunakan kata ta'jil bukan derevasi kata yang lainnya.

Kesalahan penggunaan istilah Arab di Indonesia memang cukup banyak. Ketika bahasa Arab sudah diserap menjadi bahasa Indonesia, maka tidak jarang akan terjadi pereduksian konsep awal. Maka tidak khayal Gus Mus yang terkenal agamawan sekaligus sastrawan menuliskan buku khusus yang membahas banyak kesalahan penggunaan kata Arab di Indonesia.

Baiklah, mungkin sah-sah saja tatkala kita mengatakan semua itu bukanlah kesalahan. Hal ini melihat sifat bahasa yang mencantumkan unsur "kesepakatan" masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Minuman hitam yang biasa diminum untuk menyela-nyelani ngrokok dan berasal dari biji-bijian itu disebut kopi. Mengapa kopi bukan "piko" atau "kipo" atau bahkan bukan teh saja? Karena memang masyarakat telah sepakat memilih kata "kopi" untuk menyebut minuman tadi.

Hal ini sama seperti dengan ta'jil yang oleh orang Indonesia sebagai makanan pembuka saat berbuka. Hal ini tidak bisa disalahkan, karena masyarakat telah mufakat untuk sebuah konsep makanan pembuka itu dengan ta'jil. Soal kapan kesepakatan itu, itu sudah hukum sosial. Akan tetapi saya mungkin belum bisa sepakat karena saya tahu asal usul kata itu muncul sehingga jalan akhir yang bisa ditempuh ialah apakah di dalam KBBI  kata itu sudah didata oleh lembaga bahasa Indonesia.

Lebih dari hal itu, kita seharus mengerti kata apa yang dipakai oleh kita sendiri. Sehingga kita bisa memakai kata-kata itu sesuai dengan kapan dan dimana kira berada. Atau jika kita mengabaikan hal ini, yang paling dikhawatirkan ialah identitas bangsa kita yang tergadaikan. Karena dalam sebuah identitas bangsa ada bahasa yang menentukan indentitas kita. Apakah kita lupa pada sumpah pemuda yang mengatakan bahwa "Berbahasa satu Bahasa Indonesia".

Sepertinya kita lupa bahwa bahasa Indonesia kini bisa dianggap bahasa yang miskin, bahasa yang "tragis". Hal ini dikarenakan semua kata dalam bahasa Indonesia sudah banyak sekali bukan asli Indonesia, kita sudah sangat nyaman menggunakan bahasa Inggris di sela-sela kita berbicara, bahasa ilmiah agar terlihat seperti orang pintar, bahasa Jawa yang lebih mengena. Dan diperparah lagi, anak muda kita sepertinya lebih suka menggunakan bahasa Alay. Loe Gue dan lain sebagainya. Sepertinya saya tidak bisa membayangkan bagaimana masa depan bahasa Indonesia anak cucu kita? Seperti apa identitas anak cucu kelak.

Sahabat Pitedhah yang Cakep

Sekali lagi, terlepas menyalahkan atau membenarkan, mari mengerti setiap kata yang kita ucapkan atau yang oleh orang-orang ramai menggunakan supaya kita tidak hanya ikut-ikutan, supaya kita bijak dalam berbahasa.

Pati, 21 Ramadlan 1438 H.
Pemuda Indonesia.

0 Response to "Ta'jil Dan Ke-latah-an Orang Indonesia"

Post a Comment