Jika Tuhan Saja Masih Mau Mendengar HambaNya

pixabay.com

Tulisan ini bukan untuk ngompor-ngompori atau memperkeruh keadaan, tulisan ini murni saya tulis untuk mengisi blog, syukur-syukur bisa memberi energi positif pada penulis dan mungkin yang lain juga.


Seperti ini, dalam hidup kita diberi kesempatan untuk bertemu dengan orang lain, berdialog, berdialektika, membaca tulisan orang lain, dan serba-serbi lainnya yang memang serba orang lain. Keadaan inilah yang membuat kita manusia disebut sebagai makhluk sosial. 

Banyak dampak yang dapat kita rasakan maupun tidak bersamaan dengan proses tadi, salah dari diantaranya ialah sebenarnya dirimu sekarang merupakan cerminan masalalumu, lingkunganmu, dan itu nyata-nyata dirimu yang semu. Wujud dirimu yang sebenarnya ialah hampa karena Tuhan yang mengatur sedemikian dengan mengutus dan mengatur skenario kehidupan kita.

Diri kita hanyalah kosong. Makanya terkadang saya heran pada diri sendiri saat bertemu anak dengan tampang nggace, nakal, dan tak punya rasa bersalah, lalu diri ini merasa sebal, gudrek, dsb. Mengapa tidak terlintas setitikpun berfikirkan bahwa sejatinya kenakalan si anak itu tadi ya bukan kehendaknya, memang belum rezekinya saja mungkin ia lahir di keluarga serba kecukupan dan terdidik, kalaupun ia mau memilih, masa ada orang dengan sadar memilih keburukan untuk dirinya sendiri? Allahu ya Karim

Bila kita tarik hal sepele ke level yang tinggi misalnya, kadang aku iki yo nesu rek yen ono arek liyo sing beda argumen mbi awakku. Nesu aku. Nesu. Ojo malah guyu koen su. Aku iki lagi nesu! Asemane maleh ora ngguyu, aku mau akting rek.hehe

Pernah suatu ketika saya membaca status teman di media sosial yang itu tak seirama dengan pikiran saya. Di situ kadang saya juga jengkel nggak karuan. Apalagi kalau berkaitan dengan ijo biru aku NU yang sana bukan NU.

Lha ya kok saya juga gak kesampaian mikir mungkin memang mereka-mereka dalam saat ini baru bertemu dengan dunia yang membentuk mereka demikian. Atau saya yang belum mengikuti proses pencarian kebenaran dalam kehidupan dengan sempurna hingga saya tak seirama dengan mereka? 

Sepertinya kita terlalu arogan saat kita terlalu fanatik ke dalam dengan ke-aku-an kita. Karena Tuhan yang sudah pasti benar masih saja memiliki sifat pendengar bagi hambaNya, meski mendengarNya beda konsep dengan kita sebagai makhlukNya.

0 Response to "Jika Tuhan Saja Masih Mau Mendengar HambaNya"

Post a Comment